Kekasih Takut Berkomitmen? Bisa Jadi Disebabkan Salah Pengasuhan

Sebagian di antara kita ada yang betah melajang karena takut berkomitmen atau menjalin hubungan serius. Hal ini berbeda dengan kebanyakan orang yang tak betah menjomblo sebentar saja. Orang-orang seperti ini bisa disebut fobia dengan komitmen.

Asal muasal fobia komitmen bisa ditelusuri dari riwayat hubungan dengan orang tua. Dalam sebuah penelitian, para peneliti mempelajari riwayat percintaan 58 orang dewasa berusia 22 - 28 tahun. Hasilnya menemukan bahwa ketakutan berkomitmen kemungkinan besar disebabkan karena pengasuhan.

Para peneliti menemukan bahwa ada 22,4 persen peserta yang menunjukkan kecemasan apabila menjadi intim dengan orang lain dan enggan merasa dekat dengan pasangan. Namun orang-orang ini mengaku merasa puas akan hubungannya saat dibandingkan dengan orang-orang yang ingin memiliki hubungan lebih dekat.

Orang yang menginginkan hubungan yang dekat (secure) dan yang cenderung menjauh (avoidant) sebenarnya sama-sama ingin lebih intim dalam percintaan. Namun orang avoidant sering mengalami konflik batin mengenai hal ini karena memiliki masalah dalam hubungan dengan orang tua saat masih kanak-kanak.

"Selama masa stres, bayi mencari dukungan emosional dari pengasuh atau orang tua. Jika orang tua tidak merespons atau terlalu mengganggu, anak belajar untuk menghindarinya. Hubungan saat dewasa mungkin merupakan cerminan dari pengalaman ini.

Ketika mulai membina suatu hubungan, individu avoidant ingin memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi saat kanak-kanak, yaitu mencari seseorang yang menerima apa adanya dan tetap tenang saat terjadi masalah. Kecenderungan untuk tidak tergantung pada pasangan sebenarnya adalah mekanisme pertahanan diri, bukan untuk menghindari keintiman.

Dalam laporan yang dimuat Journal of Nervous and Mental Disease, dr Dekel menerangkan bahwa orang avoidant cenderung kurang mampu melanjutkan hubungan romantis yang memuaskan dan kurang bahagia dibandingkan kebanyakan pasangan. Namun masih ada banyak hal yang perlu dilakukan untuk memahami orang-orang seperti ini.

Terkadang beberapa pengalaman berharga dapat mengubah gaya hubungan secara permanen. Misalnya, orang yang pernah mengalami peristiwa traumatis umumnya memiliki kemampuan dan keinginan lebih besar untuk membentuk hubungan lebih dekat.

No comments: